Fadilah bersiwak


     Sabda Rosulullah SAW, “Assiwak muthahharatun lilfami mardhaatun lirrabb” : Siwak adalah pensuci mulut kita dan pembawa keridhoan bagi Allah. Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa “Rasulullah SAW berkali – kali, belasan bahkan puluhan bahkan ratusan riwayat yang menyebutkan tentang kemuliaan siwak. Di dalam hadits lainnya riwayat Shahih Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Lawla an asyuqqa alaa ummatiy La amartuhum bissiwaaki ma’a kulli sholaatin” : Kalau tidak karena risau akan memberatkan umatku niscaya kuwajibkan siwak itu pada setiap akan melakukan sholat.  Ada apa dengan siwak ? Di dalam riwayat Shahih Bukhari lainnya Rasulullah SAW bersabda, “Aktsartu ‘alaikum fissiwaak” : Aku sarankan dan aku himbau kalian dengan memperbanyak bersiwak. Di dalam riwayat lainnya Rasulullah SAW bersabda“Sholat bissiwak tafdhulu min sab’iin sholat bilaa siwak” : Shalat dengan memakai siwak pahalanya 70X lebih besar dari shalat tanpa memakai siwak.

     Ada apa dengan 1 batang kayu yang terbuat dari pohon siwak ini ? Ketika Rasulullah SAW berkata,“Muthahharatun lilfam” : Pembersih mulut. Kita tahu kalau pembersih mulut / pasta gigi zaman sekarang dapat membersihkan mulut. Tapi apakah dapat membersihkan mulut dari dosa – dosa ? Adakah 1000 pasta gigi di muka bumi ini bisa mensucikan diri kita dari dosa? Siwak dapat mensucikan dosa – dosa yang ada di mulut kita. Mana buktinya ? kalimat selanjutnya, “Mardhotun lirrabb” : Membawa keridhoan bagi Allah SWT, jadi yang memakai siwak itu membuka keridhoan Allah SWT.

     Para ilmuwan kita membuktikan pada kayu siwak itu banyak zat – zat yang bermanfaat bagi manusia. Diantaranya ada zat yang ketika terserap oleh syaraf di gigi dan mulut kita mempengaruhi syaraf pada otak kita dan menenangkan syaraf otak. Syaraf – syaraf otak itu menjadi tenang apabila terkena dan terangsang oleh zat yang ada pada kayu siwak yaitu turun emosinya. Kalau seseorang sudah turun emosinya, terjaga bibirnya, terjaga mulutnya dari mencaci, terjaga mulutnya dari membicarakan aib orang lain, terjaga mulutnya dari memfitnah orang karena emosi dan hatinya tenang. Demikian hebatnya tuntunan Sayyidina Muhammad SAW yang super modern. Oleh sebab itu beliau bersabda, “Aktsartu a’laikum fissiwak” : Aku sunnahkan, aku ajarkan, aku wasiatkan pada kalian untuk banyak memakai siwak, karena semakin banyak seseorang memakai siwak, makin tenang pikirannya, makin rendah emosinya, dan “Muthahharatun lilfam”: Mensucikan mulutnya dari dosa – dosa. Kalau mulut itu bersih dari dosa – dosa, doanya lebih cepat diijabah oleh Allah.

     Berkata Sayyidatuna Aisyah, “Rasulullah SAW yuhibbu siwak” : Rasulullah SAW itu cinta sekali dengan siwak, selalu bersiwak dalam keadaan apapun. Maka saat beliau sudah di sakaratul maut, dahi beliau sudah terus keluar keringat dan beliau dalam demam berhari – hari seraya melirik siwak di tangan Abdurrahman bin Abi Bakar Ash-Shiddiq r.a. Siwak dipegang oleh saudara kandungnya Sayyidatuna Aisyah yaitu Abdurrahman bin Abi Bakar Ash-Shiddiq. Ada siwak ditangannya, Rasulullah melirik siwak itu. Saat itu Rasulullah sudah lemah dan menanti detik – detik kemangkatan. Maka Sayyidatuna Aisyah yang terus menangis berkata : “Aturiidussiwaak ya Rasulallah?” : Kau ingin siwak wahai Rasul ?, karena Rasul melirik siwak di tangan Abdurrahman bin Abi Bakar Ash-Shiddiq, Rasul mengangguk. Maka Sayyidatuna Aisyah mengambilnya dan membersihkan siwak itu, setelah bersih diberikan kepada Rasul dan beliau bersiwak. Setelah beliau bersiwak, beliau mengambil air di bejana dan membasuh wajahnya lalu berkata“Laa ilaaha illallah…., inna lilmauti sakaraat” : Beliau berkata, “Lailahailallah” sungguh dalam kematian itu sakarat yang memedihkan, kata Rasul SAW lalu beliau mengangkat telunjuknya ke langit dan beliau berkata,“Lirrafiiqil a’la” : Aku memilih untuk bersama Yang Maha Tinggi. Dan jatuhlah tangan beliau dan saat itulah beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. ( Riwayat Shahih Bukhari )

     Di dalam riwayat lainnya dijelaskan Rasulullah SAW berdoa kepada Allah “Wahai Allah, pedihkan sakaratul mautku ini dan ringankan untuk ummatku”.  Aku saja, pedihkan untukku (Rasul SAW) sakaratul maut sepedih – pedihnya dan ringankan untuk ummatku. Maka beliau berkata “Inna lil mauti sakarat” : Sungguh pada kematian itu kepedihan, kata Rasul SAW. Lalu mengangkat tangannya dan berkata “Firrafiiqil a’laa” : Aku memilih untuk bersama Yang Maha Tinggi. Dan jatuhlah tangannya, berkata Aisyah r.a. nafas terakhir beliau kurasakan menghembus di pipiku dan wafatlah beliau SAW.

     Beliau wafat dengan mengamalkan sunnah hingga berkata para muhadditsin, sunnah terakhir yang diamalkan oleh Rasul SAW adalah siwak sampai saat beliau ingin menghadap Allah pun masih beradab dengan bersiwak dulu baru menghadap Allah SWT. “Wa innaka la’alaa khuluqin adzim” : Dan akhlak agung beliau terlihat dari beliau belum memangku beban risalah sampai menjadi Rasul, walaupun beliau menjadi Rasul sebelum beliau lahir ke muka bumi, tapi pembawa tugas risalah mulai usia 40 tahun. Tapi beliau mulai dari lahir sudah digelari “Al Amin” : Akhlak yang agung. Lahir dalam keadaan sujud, demikian riwayat tsigah pada sirah Ibn Hisyam. Lalu beliau mempunyai akhlak yang sangat sempurna dan indah bahkan diakui oleh musuh – musuhnya sampai mengemban risalah, sampai wafat pun beliau dalam akhlak yang agung. Dalam akhlak yang agung bersiwak dulu sebelum menghadap Allah.

HIKMAH DAN WAKTU BERSIWAK

     Siwak merupakan sunnah mu’akkadah dalam segala hal, sebagaimana hadits Rasulullah SAW bahwa setiap ibadah akan dilipat gandakan 70X lipat bila didahului dengan siwak dan juga hadits shohih yang mengatakan bahwa kalau seandainya tak risau memberatkan atas ummatku, maka akan kujadikan siwak merupakan hal yang wajib (fardhu) untuk di bulan Ramadhan atau yang sedang berpuasa, maka siwak tetap sunnah dilakukan, namun para ulama Syafi’i sebagian berpendapat bahwa sunnah hanya hingga waktu Zawal dan makruh bersiwak setelah waktu Zawal (zawal adalah saat matahari tepat di posisi puncak, beberapa menit sebelum Dhuhur).

     Adapula pendapat Ulama yang mengatakan hanya hingga waktu Dhuha dan setelah itu hukumnya makruh dan adapula pendapat yang mengatakan hingga waktu Ashar dan adapula pendapat yang mengatakan bahkan hingga waktu buka puasa, sebagaimana Ulama – ulama salaf kita di Tarim Hadramaut. Pendapat manapun yang kita ambil, maka kesemuanya masing – masing memiliki sandaran hujjahnya. Namun lebih cenderung memilih pendapat yang terakhir, yaitu pendapat Ulama Salaf kita di Tarim Hadramaut, yang bersiwak sepanjang siang Ramadhan/puasa lainnya, sebab bersiwak setelah waktu zawal ternyata tidak hanya menghilangkan aroma mulut yang tidak sedap saja, tapi kita pun mendapat pahala rangkap, yaitu pahala siwak dan pahala dari aroma mulut yang tidak sedap.

     Perlu diketahui bahwa aroma mulut yang tak sedap saat berpuasa ini mengganggu kita dan membuat kita terhina dan serba sulit berkomunikasi, hal inilah yang akan dibalas dengan pahala besar oleh Allah, karena kita harus terganggu dengan bau mulut dan merasa terhina, ini semua kita relakan karena untuk menjalankan perintah Allah SWT, maka pengorbanan ini akan dibalas oleh Allah SWT dengan bau aroma yang sangat wangi dan indah kelak dan hikmah aroma tak sedap itu adalah membuat kita malas berbicara hingga terjaga dari membicarakan orang atau mencaci atau bahkan membicarakan hal yang tak penting, maka puasa kita lebih terjaga.


MANFAAT KANDUNGAN KAYU SIWAK

     Majalah Jerman memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, Direktur Institut Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata, “Setelah saya membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai sikat gigi, sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengkajian. Penelitian ilmiah modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker.”

      Dalam penemuan ini terdapat dua mukjizat bagi Rasulullah SAW. Mukjizat pertama, yaitu manfaat -manfaat yang tampak pada siwak. Dengan ini, berarti Rasulullah SAW adalah orang pertama yang memerintahkan melindungi mulut dari berbagai macam penyakit. Mukjizat kedua, yaitu bagaimana Muhammad SAW bisa mengetahui dari sekian juta jenis pohon – pohonan, bahwa pohon siwak (saludora persica) mengandung banyak manfaat bagi manusia? Inilah sabda Nabi SAW yang menganjurkan kita untuk bersiwak,“Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
     Sebuah riwayat mengatakan bahwa siwak mempunyai banyak fadhilah. “Hai Ali (kata Rasulullah SAW), biasakanlah olehmu bersiwak, karena di dalamnya ada 24 fadhilah (agama dan badan) yakni : Membersihkan mulut, Meridlokan ALLAH, Memutihkan gigi, Mengharumkan bau mulut, Meluruskan punggung, Menguatkan gusi, Melambatkan uban, Menjernihkan kejadian badan, Mencerdikkan kecerdasan, Melipat gandakan pahala, Memudahkan cabut nyawa, Mengingatkan syahadat di waktu mati, Mengekalkan siwak mewariskan luas, kaya, gampang rizki(murah rizki), Menenangkan pusing kepala, Menghilangkan semua apa yg ada dikepala dan dahak/reak, Menguatkan gigi, Menerangkan mata, Menambahkan pada kebaikan2 batin berbuat baik, Menggirangkan malaikat,bersalaman dengan malaikat, dan malaikat menggiringnya jika ia keluar untuk sholat,Diberikan suratan amal dengan tangan kanan, Menghilangkan penyakit lepra, Membanyakkan harta dan anak, Menjinakkan manusia didalam kuburnya dan datangnya malaikat maut waktu dicabut ruhnya didalam rupa yang bagus.
     Dengan demikian, sebatang siwak yang digunakan dengan penuh keimanan dapat menggantikan peran dokter spesialis.


Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
     Hasil penelitian oleh Al – Lafi dan Ababneh (1995) terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
· Antibacterial acids, yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi.
· Kandungan kimia, seperti Klorida, Pottasium, Sulfur, Vitamin C dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
· Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
· Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
· Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.


Cara Rasulullah SAW bersiwak adalah sebagai berikut:

1. Berdoa sebelum bersiwak. Salah satu do’a yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah: “Allahumma thahhir bissiwaak Asnaaniy, wa qawwiy bihi Litsaatsiy, wa afshih bihi lisaniy“, yang artinya “Wahai Allah sucikanlah gigi dan mulutku dengan siwak,dan kuatkanlah gusi-gusiku, dan fashihkanlah lidahku”
2. Memegang siwak dengan tangan kanan atau tangan kiri (ada perbedaan pendapat tentang hal ini) dan meletakkan jari kelingking dan ibu jari dibawah siwak, sedangkan jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk diletakkan di atas siwak.
3. Bersiwak dimulai dari jajaran gigi atas-tengah, lalu atas-kanan, lalu bawah-kanan, lalu bawah-tengah, lalu atas-tengah, lalu atas-kiri, lalu bawah-kiri. Jadi seperti angka 8 yang ditulis rebah
4. Langkah ke-3 di atas dilakukan 3x putaran
5. Selesai bersiwak, mengucapkan hamdalah, “Alhamdulillah“.

Kapan saja bersiwak ? Rasulullah SAW mencontohkan waktu-waktu utama bersiwak adalah sebagai berikut :
1. Hendak berwudhu dan sholat;
2. Ketika akan memasuki rumah;
3. Ketika bangun tidur.
4. Ketika sedang berpuasa (shaum);
5. Ketika hendak membaca Al-Qur’an.
Beberapa hal lain yang pernah Rasulullah SAW contohkan tentang bersiwak:
1. Cucilah siwak sebelum menggunakan dengan air bersih;
2. Sebelum digunakan, sebaiknya siwak diperbaiki/diperbagus terlebih dahulu;
3. Boleh menggunakan siwak orang lain setelah dibersihkan;
4. Bersungguh-sungguhlah ketika bersiwak;
5. Boleh bersiwak di hadapan orang lain (tidak harus sembunyi-sembunyi).