Keutamaan Sholat Tahajud



Para ulama telah sepakat bahwa hukum sholat tahajud adalah sunnah mu'akkadah yaitu sunnah yang sangat dianjurkan, ini berdasarkan dan diperkuat beberapa hadist akan pentingnya sholat tahajud. Namun kebanyakan dari sebagian manusia sangat berat untuk melaksanakan sholat tersebut, mungkin karena waktu pelaksanaannya dilakukan pada saat manusia lagi enak-enaknya tidur. Padahal keutamaan sholat tahajud sendiri sangat begitu besar bagi yang ikhlas mengerjakannya, sebagaimana yang terdapat dalam beberapa hadist-hadist Nabi SAW.

Keutamaan Sholat Tahajud
Keutamaan sholat tahajud banyak disebutkan dalam Al Quran maupun hadist-hadist dari Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Dia Termasuk Golongan Orang Sholeh Dan Penyebab Masuk Surga
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat: 15-18)

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan sholatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)

Terpelihara Dari Gangguan Setan Serta Sebagai Pembersih Jiwa
"Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya ” (Muttafaqun ‘alaih)

Rasulullah SAW juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan 3 ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul . Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih)” (Muttafaqun ‘alaih)

Tergolong Orang Yang Mendapat Rahmat Dari Allah SWT
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Daud)

"Apabila seorang suami membangunkan isterinya di malam hari lalu mereka sholat berjama'ah dua raka'at niscaya mereka dicatat tergolong orang-orang yang banyak mengingat (Allah)." (HR. Abu Dawud)


Waktu Yang Mustajab Doa Dikabulkan
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: "Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepadakepada- Ku tentu Aku ampuni. Demikianlah keadaannya hingga terbit fajar" (HR. Bukhari no. 145 dan Muslim no.758)

Rasulullah SAW Bersabda: “Sesungguhnya di malam hari, ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (HR. Muslim)

Sabda lainnya: "Di waktu malam terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR. Muslim No. 757)


Mendapat Tempat Yang Terpuji
Allah berfirman SWT: “Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79)

"Semoga Allah menjadikan atas kamu shalatnya orang-orang yang banyak berbakti, mereka sholat di malam hari dan berpuasa di siang hari, mereka tidak mempunyai dosa dan tidak pula melakukan kejahatan." (HR. Abd al-Humaid dan Abd-Dhiyaa' al Maqdisi dan disahihkan oleh Syeikh al-Albani r.a - silsilah al-Ahadits ash-Shahiihah no:1810)

Penghapus Dosa Dan Penghalang Berbuat Salah
Rasulullah Saw bersabda: “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At-Tirmidzi)


Dicintai Oleh Allah SWT

"Tiga golongan yang Allah mencintai dan tertawa kepada mereka serta memberi mereka berita gembira: orang yang manakala ada sekelompok pasukan terbuka peluang perang, dia berperang di belakang barisan pasukan itu dengan dirinya karena Allah SWT, (dia diantara satu dari dua pilihan) terbunuh atau dimenengkan oleh Allah SWT dan dicukupinya, maka Dia berkata : "Lihatlah kepada hamba-Ku ini, bagaimana ia bersabar dengan dirinya karena Aku. Orang yang mempunyai isteri yang cantik dan kasur yang lembut lagi bagus, lalu dia bangun sholat di malam hari, maka Allah berkata : Dia meninggalkan syahwatnya dan mengingat Aku, sekiranya dia mau tentunya dia tidur dan orang yang mana bila dia berada dalam perjalanan bersama para musafir yang bergadang lalu tidur maka dia bangun sholat di akhir malam baik dalam kondisi tidak senang atau senang." (HR. Thabrani)

Keutamaan Sholat Duha



Shalat Dhuha itu memiliki keutamaan dan faedah yang sangat agung. Orang yang mengerjakan shalat Dhuha selalu berada dalam penjagaan dan perlindungan dari Allah f sepanjang hari; dosa-dosanya dihapuskan; terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk; dimasukkan ke dalam golongan muhsinîn (orang-orang berbuat ihsan), ahli ibadah dan menjadi golongan yang beruntung; dibangunkan rumah di dalam surga; memperoleh pahala seperti pahala menunaikan haji dan umrah; serta sepadan dengan sedekah 360 kali. Pahadal sedekah ini menjadi kewajiban setiap ruas tubuh manusia setiap harinya.
Adapun hadits-hadits yang berbicara mengenai keutamaan shalat Dhuha, di antaranya adalah sebagai berikut:


عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى .

“Diriwayatkan dari Abu Dzar a dari Nabi n bahwa Beliau bersabda, ‘Setiap ruas tubuh masing-masing dari kalian setiap harinya memiliki kewajiban untuk bersedekah. Setiap tasbih (memahasucikan Allah) adalah sedekah; setiap tahmid (memuji Allah) adalah sedekah; setiap tahlil (membaca lâ ilaha illallâh) adalah sedekah; setiap takbir (memahabesarkan Allah) adalah sedekah; memerintahkan kemakrufan adalah sedekah dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Namun itu semua dapat diganti dengan dua rakaat yang dikerjakan oleh seseorang dari waktu dhuha (mengerjakan shalat Dhuha)’.” (HR. Muslim)


عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : فِي الْإِنْسَانِ سِتُّوْنَ وَثَلَاثُ مِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً . قَالُوْا : فَمَنْ الَّذِيْ يُطِيْقُ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ ؟ قَالَ : النُّخَاعَةُ فِي الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوْ الشَّيْءُ تُنَحِّيْهِ عَنِ الطَّرِيْقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ .

“Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat shalat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’.”


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوْتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ .

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat witir’.” (HR. Bukhari)


عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَدَعُهَا وَيَدَعُهَا حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُصَلِّيْهَا

“Diriwayatkan dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa ia berkata, ‘Adalah Rasulullah n mengerjakan shalat Dhuha sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah meninggalkannya. Namun ternyata Beliau pun pernah meninggalkannya sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah mengerjakannya’.” (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan olehnya)


عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِيْ مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِيْ أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ .


“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan shalat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’.” (HR. Abu Dawud)


Yang dimaksud dengan ‘mencukupkan’ adalah melindunginya dari segala bencana dan kejadian yang merugikan. Bisa juga yang dimaksud adalah menjaganya dari dosa-dosa dan memberikan maaf kepadanya manakala ia sudah telanjur melakukan dosa, atau dengan pengertian yang lebih luas lagi. Ini adalah penjelasan dari Imam Suyuthi dan Imam Syaukani.
Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah f akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةِ الضُّحَى غُفِرَ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ .

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Barangsiapa memelihara pelaksanaan shalat Dhuha yang genap jumlah rakaatnya, maka diampunilah dosa-dosanya, sekalipun banyaknya laksana buih lautan’.” (HR. Tirmidzi)


عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِيْ أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ .


“Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Sesungguhnya Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam (manusia), cukupkan untuk-Ku di awal waktu siang (dhuha) dengan mengerjakan shalat empat rakaat, niscaya Aku cukupkan untukmu dengannya pada akhir harimu’.” (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya‘la)

Fadilah bersiwak


     Sabda Rosulullah SAW, “Assiwak muthahharatun lilfami mardhaatun lirrabb” : Siwak adalah pensuci mulut kita dan pembawa keridhoan bagi Allah. Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa “Rasulullah SAW berkali – kali, belasan bahkan puluhan bahkan ratusan riwayat yang menyebutkan tentang kemuliaan siwak. Di dalam hadits lainnya riwayat Shahih Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Lawla an asyuqqa alaa ummatiy La amartuhum bissiwaaki ma’a kulli sholaatin” : Kalau tidak karena risau akan memberatkan umatku niscaya kuwajibkan siwak itu pada setiap akan melakukan sholat.  Ada apa dengan siwak ? Di dalam riwayat Shahih Bukhari lainnya Rasulullah SAW bersabda, “Aktsartu ‘alaikum fissiwaak” : Aku sarankan dan aku himbau kalian dengan memperbanyak bersiwak. Di dalam riwayat lainnya Rasulullah SAW bersabda“Sholat bissiwak tafdhulu min sab’iin sholat bilaa siwak” : Shalat dengan memakai siwak pahalanya 70X lebih besar dari shalat tanpa memakai siwak.

     Ada apa dengan 1 batang kayu yang terbuat dari pohon siwak ini ? Ketika Rasulullah SAW berkata,“Muthahharatun lilfam” : Pembersih mulut. Kita tahu kalau pembersih mulut / pasta gigi zaman sekarang dapat membersihkan mulut. Tapi apakah dapat membersihkan mulut dari dosa – dosa ? Adakah 1000 pasta gigi di muka bumi ini bisa mensucikan diri kita dari dosa? Siwak dapat mensucikan dosa – dosa yang ada di mulut kita. Mana buktinya ? kalimat selanjutnya, “Mardhotun lirrabb” : Membawa keridhoan bagi Allah SWT, jadi yang memakai siwak itu membuka keridhoan Allah SWT.

     Para ilmuwan kita membuktikan pada kayu siwak itu banyak zat – zat yang bermanfaat bagi manusia. Diantaranya ada zat yang ketika terserap oleh syaraf di gigi dan mulut kita mempengaruhi syaraf pada otak kita dan menenangkan syaraf otak. Syaraf – syaraf otak itu menjadi tenang apabila terkena dan terangsang oleh zat yang ada pada kayu siwak yaitu turun emosinya. Kalau seseorang sudah turun emosinya, terjaga bibirnya, terjaga mulutnya dari mencaci, terjaga mulutnya dari membicarakan aib orang lain, terjaga mulutnya dari memfitnah orang karena emosi dan hatinya tenang. Demikian hebatnya tuntunan Sayyidina Muhammad SAW yang super modern. Oleh sebab itu beliau bersabda, “Aktsartu a’laikum fissiwak” : Aku sunnahkan, aku ajarkan, aku wasiatkan pada kalian untuk banyak memakai siwak, karena semakin banyak seseorang memakai siwak, makin tenang pikirannya, makin rendah emosinya, dan “Muthahharatun lilfam”: Mensucikan mulutnya dari dosa – dosa. Kalau mulut itu bersih dari dosa – dosa, doanya lebih cepat diijabah oleh Allah.

     Berkata Sayyidatuna Aisyah, “Rasulullah SAW yuhibbu siwak” : Rasulullah SAW itu cinta sekali dengan siwak, selalu bersiwak dalam keadaan apapun. Maka saat beliau sudah di sakaratul maut, dahi beliau sudah terus keluar keringat dan beliau dalam demam berhari – hari seraya melirik siwak di tangan Abdurrahman bin Abi Bakar Ash-Shiddiq r.a. Siwak dipegang oleh saudara kandungnya Sayyidatuna Aisyah yaitu Abdurrahman bin Abi Bakar Ash-Shiddiq. Ada siwak ditangannya, Rasulullah melirik siwak itu. Saat itu Rasulullah sudah lemah dan menanti detik – detik kemangkatan. Maka Sayyidatuna Aisyah yang terus menangis berkata : “Aturiidussiwaak ya Rasulallah?” : Kau ingin siwak wahai Rasul ?, karena Rasul melirik siwak di tangan Abdurrahman bin Abi Bakar Ash-Shiddiq, Rasul mengangguk. Maka Sayyidatuna Aisyah mengambilnya dan membersihkan siwak itu, setelah bersih diberikan kepada Rasul dan beliau bersiwak. Setelah beliau bersiwak, beliau mengambil air di bejana dan membasuh wajahnya lalu berkata“Laa ilaaha illallah…., inna lilmauti sakaraat” : Beliau berkata, “Lailahailallah” sungguh dalam kematian itu sakarat yang memedihkan, kata Rasul SAW lalu beliau mengangkat telunjuknya ke langit dan beliau berkata,“Lirrafiiqil a’la” : Aku memilih untuk bersama Yang Maha Tinggi. Dan jatuhlah tangan beliau dan saat itulah beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. ( Riwayat Shahih Bukhari )

     Di dalam riwayat lainnya dijelaskan Rasulullah SAW berdoa kepada Allah “Wahai Allah, pedihkan sakaratul mautku ini dan ringankan untuk ummatku”.  Aku saja, pedihkan untukku (Rasul SAW) sakaratul maut sepedih – pedihnya dan ringankan untuk ummatku. Maka beliau berkata “Inna lil mauti sakarat” : Sungguh pada kematian itu kepedihan, kata Rasul SAW. Lalu mengangkat tangannya dan berkata “Firrafiiqil a’laa” : Aku memilih untuk bersama Yang Maha Tinggi. Dan jatuhlah tangannya, berkata Aisyah r.a. nafas terakhir beliau kurasakan menghembus di pipiku dan wafatlah beliau SAW.

     Beliau wafat dengan mengamalkan sunnah hingga berkata para muhadditsin, sunnah terakhir yang diamalkan oleh Rasul SAW adalah siwak sampai saat beliau ingin menghadap Allah pun masih beradab dengan bersiwak dulu baru menghadap Allah SWT. “Wa innaka la’alaa khuluqin adzim” : Dan akhlak agung beliau terlihat dari beliau belum memangku beban risalah sampai menjadi Rasul, walaupun beliau menjadi Rasul sebelum beliau lahir ke muka bumi, tapi pembawa tugas risalah mulai usia 40 tahun. Tapi beliau mulai dari lahir sudah digelari “Al Amin” : Akhlak yang agung. Lahir dalam keadaan sujud, demikian riwayat tsigah pada sirah Ibn Hisyam. Lalu beliau mempunyai akhlak yang sangat sempurna dan indah bahkan diakui oleh musuh – musuhnya sampai mengemban risalah, sampai wafat pun beliau dalam akhlak yang agung. Dalam akhlak yang agung bersiwak dulu sebelum menghadap Allah.

HIKMAH DAN WAKTU BERSIWAK

     Siwak merupakan sunnah mu’akkadah dalam segala hal, sebagaimana hadits Rasulullah SAW bahwa setiap ibadah akan dilipat gandakan 70X lipat bila didahului dengan siwak dan juga hadits shohih yang mengatakan bahwa kalau seandainya tak risau memberatkan atas ummatku, maka akan kujadikan siwak merupakan hal yang wajib (fardhu) untuk di bulan Ramadhan atau yang sedang berpuasa, maka siwak tetap sunnah dilakukan, namun para ulama Syafi’i sebagian berpendapat bahwa sunnah hanya hingga waktu Zawal dan makruh bersiwak setelah waktu Zawal (zawal adalah saat matahari tepat di posisi puncak, beberapa menit sebelum Dhuhur).

     Adapula pendapat Ulama yang mengatakan hanya hingga waktu Dhuha dan setelah itu hukumnya makruh dan adapula pendapat yang mengatakan hingga waktu Ashar dan adapula pendapat yang mengatakan bahkan hingga waktu buka puasa, sebagaimana Ulama – ulama salaf kita di Tarim Hadramaut. Pendapat manapun yang kita ambil, maka kesemuanya masing – masing memiliki sandaran hujjahnya. Namun lebih cenderung memilih pendapat yang terakhir, yaitu pendapat Ulama Salaf kita di Tarim Hadramaut, yang bersiwak sepanjang siang Ramadhan/puasa lainnya, sebab bersiwak setelah waktu zawal ternyata tidak hanya menghilangkan aroma mulut yang tidak sedap saja, tapi kita pun mendapat pahala rangkap, yaitu pahala siwak dan pahala dari aroma mulut yang tidak sedap.

     Perlu diketahui bahwa aroma mulut yang tak sedap saat berpuasa ini mengganggu kita dan membuat kita terhina dan serba sulit berkomunikasi, hal inilah yang akan dibalas dengan pahala besar oleh Allah, karena kita harus terganggu dengan bau mulut dan merasa terhina, ini semua kita relakan karena untuk menjalankan perintah Allah SWT, maka pengorbanan ini akan dibalas oleh Allah SWT dengan bau aroma yang sangat wangi dan indah kelak dan hikmah aroma tak sedap itu adalah membuat kita malas berbicara hingga terjaga dari membicarakan orang atau mencaci atau bahkan membicarakan hal yang tak penting, maka puasa kita lebih terjaga.


MANFAAT KANDUNGAN KAYU SIWAK

     Majalah Jerman memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, Direktur Institut Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata, “Setelah saya membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai sikat gigi, sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengkajian. Penelitian ilmiah modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker.”

      Dalam penemuan ini terdapat dua mukjizat bagi Rasulullah SAW. Mukjizat pertama, yaitu manfaat -manfaat yang tampak pada siwak. Dengan ini, berarti Rasulullah SAW adalah orang pertama yang memerintahkan melindungi mulut dari berbagai macam penyakit. Mukjizat kedua, yaitu bagaimana Muhammad SAW bisa mengetahui dari sekian juta jenis pohon – pohonan, bahwa pohon siwak (saludora persica) mengandung banyak manfaat bagi manusia? Inilah sabda Nabi SAW yang menganjurkan kita untuk bersiwak,“Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
     Sebuah riwayat mengatakan bahwa siwak mempunyai banyak fadhilah. “Hai Ali (kata Rasulullah SAW), biasakanlah olehmu bersiwak, karena di dalamnya ada 24 fadhilah (agama dan badan) yakni : Membersihkan mulut, Meridlokan ALLAH, Memutihkan gigi, Mengharumkan bau mulut, Meluruskan punggung, Menguatkan gusi, Melambatkan uban, Menjernihkan kejadian badan, Mencerdikkan kecerdasan, Melipat gandakan pahala, Memudahkan cabut nyawa, Mengingatkan syahadat di waktu mati, Mengekalkan siwak mewariskan luas, kaya, gampang rizki(murah rizki), Menenangkan pusing kepala, Menghilangkan semua apa yg ada dikepala dan dahak/reak, Menguatkan gigi, Menerangkan mata, Menambahkan pada kebaikan2 batin berbuat baik, Menggirangkan malaikat,bersalaman dengan malaikat, dan malaikat menggiringnya jika ia keluar untuk sholat,Diberikan suratan amal dengan tangan kanan, Menghilangkan penyakit lepra, Membanyakkan harta dan anak, Menjinakkan manusia didalam kuburnya dan datangnya malaikat maut waktu dicabut ruhnya didalam rupa yang bagus.
     Dengan demikian, sebatang siwak yang digunakan dengan penuh keimanan dapat menggantikan peran dokter spesialis.


Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
     Hasil penelitian oleh Al – Lafi dan Ababneh (1995) terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
· Antibacterial acids, yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi.
· Kandungan kimia, seperti Klorida, Pottasium, Sulfur, Vitamin C dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
· Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
· Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
· Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.


Cara Rasulullah SAW bersiwak adalah sebagai berikut:

1. Berdoa sebelum bersiwak. Salah satu do’a yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah: “Allahumma thahhir bissiwaak Asnaaniy, wa qawwiy bihi Litsaatsiy, wa afshih bihi lisaniy“, yang artinya “Wahai Allah sucikanlah gigi dan mulutku dengan siwak,dan kuatkanlah gusi-gusiku, dan fashihkanlah lidahku”
2. Memegang siwak dengan tangan kanan atau tangan kiri (ada perbedaan pendapat tentang hal ini) dan meletakkan jari kelingking dan ibu jari dibawah siwak, sedangkan jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk diletakkan di atas siwak.
3. Bersiwak dimulai dari jajaran gigi atas-tengah, lalu atas-kanan, lalu bawah-kanan, lalu bawah-tengah, lalu atas-tengah, lalu atas-kiri, lalu bawah-kiri. Jadi seperti angka 8 yang ditulis rebah
4. Langkah ke-3 di atas dilakukan 3x putaran
5. Selesai bersiwak, mengucapkan hamdalah, “Alhamdulillah“.

Kapan saja bersiwak ? Rasulullah SAW mencontohkan waktu-waktu utama bersiwak adalah sebagai berikut :
1. Hendak berwudhu dan sholat;
2. Ketika akan memasuki rumah;
3. Ketika bangun tidur.
4. Ketika sedang berpuasa (shaum);
5. Ketika hendak membaca Al-Qur’an.
Beberapa hal lain yang pernah Rasulullah SAW contohkan tentang bersiwak:
1. Cucilah siwak sebelum menggunakan dengan air bersih;
2. Sebelum digunakan, sebaiknya siwak diperbaiki/diperbagus terlebih dahulu;
3. Boleh menggunakan siwak orang lain setelah dibersihkan;
4. Bersungguh-sungguhlah ketika bersiwak;
5. Boleh bersiwak di hadapan orang lain (tidak harus sembunyi-sembunyi).


Bahaya meninggalkan Sholat jum'at


Ancaman Meninggalkan Jum'atan (Shalat Jum'at)


Banyak riwayat yang menyebutkan ancaman bagi orang yang meninggalkan jum'atan sebanyak 3 kali dengan sengaja atau tanpa udzur. Berikut adalah beberapa dalil-dalilnya:


  • Dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :
”Hendaknya orang yang suka meninggalkan jumatan itu menghentikan kebiasaan buruknya, atau Allah akan mengunci mati hatinya, kemudian dia menjadi orang ghafilin (orang lalai).” (HR. Muslim 865)
  • Hadis dari Abul Ja’d ad-Dhamri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :
”Siapa yang meninggalkan 3 kali jumatan karena meremehkan, maka Allah akan mengunci hatinya.” (HR. Ahmad 15498, Nasai 1369, Abu Daud 1052, dan dinilai hasan Syuaib al-Arnauth)
  • Hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :
“Siapa yang meninggalkan jumatan 3 kali, bukan karena darurat, Allah akan mengunci hatinya.” (HR. Ibnu Majah 1126 dan dishahihkan al-Albani)

  Dari Usamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,·:
"Siapa yang mendengar adzan jumatan 3 kali, kemudian dia tidak menghadirinya maka dicatat sebagai orang munafik. (HR. Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir, dan dihasankan al-Albani dalam Shahih Targhib, no. 728).

  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,·
“Siapa yang meninggalkan jumatan 3 kali berturut-turut tanpa udzur, Allah akan mengunci mati hatinya.” (HR. At-Thayalisi dalam Musnadnya 2548 dan dishahihkan al-Albani dalam shahih Jami’ as-Shaghir).


  Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan,·

”Siapa yang meninggalkan jumatan 3 kali berturut-turut, berarti dia telah membuang islam ke belakang punggungnya.” (HR. Abu Ya’la secara Mauquf dengan sanad yang shahih – shahih Targhib: 732).

Dari beberapa riwayat di atas tentang ancaman meninggalkan shalat jum'at, ada beberapa pelajaran yang bisa kita catat, antara lain :


  1. Yang dimaksud ‘Allah kunci hatinya’ adalah Allah menutup hatinya dan menghalangi masuknya hidayah dan rahmat ke dalam hatinya. Kemudian digantikan dengan kebodohan, sifat beringas, dan keras kepala. Sehingga hatinya seperti hati orang munafik. Demikian keterangan al-Munawi dalam Faidhul Qodir (6/133).

    Ketika hati seseorang sudah dikunci mati, dia menjadi kebal hidayah. Seberapapun peringatan yang dia dengar, tidak akan memberikan manfaat dan tidak akan menggerakkan hatinya. Seolah dia terhalang untuk bertaubat.

    Hukuman semacam ini mirip dengan hukuman yang Allah berikan kepada Iblis. Karena pembangkangannya, Allah tutup kesempatan bagi Iblis untuk bertaubat. Sungguh hukuman yang sangat menakutkan.

    Demikian pula keadaan orang munafik. Karena batin mereka mengingkari kebenaran, Allah kunci mati hatinya, sehingga mereka menjadi bodoh dengan hidayah.

    ”Lalu hatinya dikunci mati, sehingga mereka tidak memahami.” (QS. Al-Munafiqun: 3).
  2. Semua perbuatan dosa dan maksiat, akan menjadi sebab tertutupnya hati. Semakin besar dosa yang dilakukan seseorang, semakin besar pula penutup hatinya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya :


 Artinya :
Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.’ (HR. Turmudzi 3334, dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).
Meninggalkan jumatan tanpa udzur termasuk dosa berbahaya, yang menyebabkan hati pelakunya dikunci mati.


  1. Meninggalkan Jum'atan 3 kali, Apakah harus berturut-turt?
    Ada dua kemungkinan makna. Pertama; ancaman ini terjadi ketika dia meninggalkan jumatan, baik berturut-turut atau secara terpisah. Sehingga ketika ada orang yang meninggalkan 1 kali jumatan setiap tahun, Allah akan mengunci hatinya pada pelanggaran yang ketiga. kedua;maksud ancaman ini, jika dia meninggalkan jumatan 3 kali berturut-turut, sebagaimana disebutkan dalam hadis Anas. Karena melakukan dosa berturut-turut dan terus-menerus, menunjukkan sedikitnya rasa takutnya.


  2. Ancaman ini berlaku bagi orang yang meninggalkan jumatan tanpa udzur, sebagaimana yang ditegaskan dalam banyak hadis di atas. Sedangkan orang yang memiliki udzur untuk tidak jumatan, seperti sakit, safar (perjalanan), di laut, atau udzur lainnya, tidak termasuk dalam ancaman ini.

    Di zaman Umar, ada seseorang yang berencana melakukan safar di hari jumat. Kemudian dia mengurungkan rencananya, karena ingat harus jumatan. Kemudian ditegur oleh Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, :
”Berangkatlah, karena jumatan tidaklah menghalangi orang untuk melakukan safar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah 5107).

Itulah beberapa ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat jum'atan. Mudah-mudahan setelah kita mengetahuinya, mulai sekarang tidak ada alasan lagi untuk melaksanakan ibadah shalat jum'at. Karena begitu meruginya diri kita apabila dengan sengaja meninggalkan sholat jum'at secara berturut-turut.  Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.


Keutamaan Sholat Jumat


Keutamaan Sholat Jum’at


Allah telah memberikan karunia yang besar pada kita dengan adanya shalat Jum’at. Di antara keutamaan shalat tersebut bisa menghapuskan dosa dan kesalahan, juga bisa meninggikan derajat seorang mukmin, bi idznillah.
Di antara keutamaan atau fadhilah shalat Jum’at adalah sebagai berikut:

1-
 Menghapuskan Dosa
Dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلاَةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

Di antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, itu dapat menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar.” (HR. Muslim no. 233).

2-
 Saat Allah menyempurnakan Islam dan mencukupkan nikmat
Pada hari itu, Allah menyempurnakan bagi orang beriman agama mereka, Dia pun mencukupkan nikmat-Nya, dan itu terjadi pada hari Jum’at. Allah Ta’ala berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3).


Ketika Ibnu ‘Abbas membaca ayat di atas, beliau berkata, “Orang Yahudi mengatakan:


لو نزلت هذه الآية علينا، لاتخذنا يومها عيدًا!

Seandainya ayat ini turun di tengah-tengah kami, niscaya kami akan merayakan hari turunnya ayat tersebut sebagai ‘ied (hari besar atau hari raya). Ibnu ‘Abbas berkata bahwa ayat ini turun saat bertemunya dua hari raya yaitu hari raya ‘ied (haji akbar) dan hari Jum’at. (Disebutkan pula oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya)


3-
 Hari yang disebut Asy Syahid
Para ulama menafsirkan mengenai ayat,


وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ

Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (QS. Al Buruj: 3), dengan hari Jum’at. Sebagaimana kata Ibnu ‘Umar yang dimaksud asy syahid dalam ayat tersebut adalah hari Jum’at, sedangkan al masyhud adalah hari nahr (Idul Adha). (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 9: 70-71)


4-
 Jika bersegera menghadiri shalat Jum’at, akan memperoleh pahala yang besar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” (HR. Bukhari no. 881 dan Muslim no. 850)


5-
 Setiap langkah menuju shalat jum’at mendapat ganjaran puasa dan shalat setahun
Dari Aus bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ ، وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ ، وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ ، كَانَلَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا

Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mencuci kepala dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi no. 496. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits dalam Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3).

Penting!
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menyebutkan,


وَتَبَيَّنَ بِمَجْمُوعِ مَا ذَكَرْنَا أَنَّ تَكْفِير الذُّنُوب مِنْ الْجُمُعَة إِلَى الْجُمُعَة مَشْرُوط بِوُجُودِ جَمِيع مَا تَقَدَّمَ مِنْ غُسْل وَتَنْظِيف وَتَطَيُّب أَوْ دَهْن وَلُبْس أَحْسَن الثِّيَاب وَالْمَشْي بِالسَّكِينَةِ وَتَرْك التَّخَطِّي وَالتَّفْرِقَة بَيْن الِاثْنَيْنِ وَتَرْك الْأَذَى وَالتَّنَفُّل وَالْإِنْصَات وَتَرْك اللَّغْو

“Jika dilihat dari berbagai hadits yang telah disebutkan, penghapusan dosa yang dimaksud karena bertemunya Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya bisa didapat dengan terpenuhinya syarat sebagaimana yang telah disebutkan yaitu mandi, bersih-bersih diri, memakai harum-haruman, memakai minyak, memakai pakaian terbaik, berjalan ke masjid dengan tenang, tidak melangkahi jama’ah lain, tidak memisahkan di antara dua orang, tidak mengganggu orang lain, melaksanakan amalan sunnah dan meninggalkan perkataan laghwu (sia-sia).” (Fathul Bari, 2: 372).

Semoga Allah memudahkan kita dalam melakukan amalan-amalan mulia di hari Jum’at. Wallahu waliyyut taufiq.






keutamaan membaca doa setelah wudu


      Banyak amalan yang dapat dikatakan ringan untuk dilakukan namun memiliki keutamaan yang sangat besar. Saya katakan ringan karena amalan-amalan tersebut sangat sederhana, tidak membutuhkan biaya, dapat dilakukan dalam waktu singkat dan tidak banyak yang harus dihafalkan.

     Di antara amalan ringan itu adalah membaca doa setelah wudhu. Hanya membaca doa, amalan yang sangat sederhana, bukan? Apalagi doa ini termasuk pendek dan mudah dihafalkan, insya Allah. Tetapi bila kita mampu mengamalkannya dengan rutin ternyata memiliki keutamaan yang sangat besar.

Dari Umar bin Khoththob rodhiallau ‘anhu, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam bersabda:Tidak ada seorangpun di antara kalian yang berwudhu dengan baik (menyempurnakannya) kemudian berdoa:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Zat yang wajib diibadahi kecuali hanya Allah tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Kecuali dibukakan baginya delapan pintu jannah yang ia boleh masuk dari mana yang dia inginkan.[HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi]

Tambahan dari Imam Tirmidzi:
“Ya, Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang disucikan.”
Secara lengkap doa itu adalah seperti ini:


Doa Setelah Wudhu

Sederhana, bukan? Namun doa yang sederhana itu ternyata memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu dibukakan delapan pintu jannah dan boleh masuk dari mana yang diinginkan.
Walaupun sederhana tetapi ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan.
Membiasakan untuk mengamalkannya
Amalan ini harus dilakukan secara rutin. Kalau tidak dibiasakan dijamin bakal sering terlupakan. Apalagi bila sedang mengejar shalat berjamaah.Dalam pandangan saya tidak ada perkara yang memberatkan untuk mengamalkan doa ini. Kendalanya hanya masalah kebiasaan. Bila telah terbiasa kita akan melakukannya secara otomatis.

Menyempurnakan wudhu
Sebagai persyaratan untuk mendapatkan keutamaan doa ini kita harus menyempurnakan wudhu. Untuk itu kita perlu mempelajari bagaimana cara berwudhu Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam dan mencontohnya.

Perhatikan tempat berdoa
Jangan sampai kita berdoa di tempat-tempat yang tidak pantas seperti di kamar mandi. Keluarlah terlebih dahulu dan carilah tempat yang pantas baru Anda mengangkat tangan untuk berdoa.
Bila berwudhu di tempat umum perhatikan juga agar jangan sampai mengganggu orang lain. Carilah tempat yang cukup lapang, sehingga Anda tidak mengganggu dan juga tidak terganggu.
Nah, tunggu apa lagi? Ayo, hafalkan doanya dan amalkan secara rutin. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu jannah.


Keutamaan bagi seseorang yang selalu dalam keadaan suci

Keutamaan bagi seseorang yang selalu dalam keadaan suci

Ada keutamaan jika seseorang terus menerus dalam keadaan suci atau berwudhu. Yaitu tatkala wudhu batal, kemudian kembali berwudhu lagi.
Keadaan seperti itu akan mudah bagi kita untuk melakukan ibadah. Kala ingin membaca Al Qur’an dan memegang mushaf, maka bisa langsung membaca. Kala ingin laksanakan shalat sunnah, maka dengan mudah pula bisa melakukannya.

     Inilah yang didapat dari orang yang selalu menjaga wudhu.
Keutamaan orang yang selalu menjaga wudhu disebutkan dalam hadits berikut tentang Bilal yang disebutkan bahwa suara sandal beliau sudah terdengar di surga.


Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di pagi hari memanggil Bilal lalu berkata,
يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَأَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى
“Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku.”
Bilal menjawab,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّتَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ
Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu.” (HR. Tirmidzi no. 3689 dan Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan)


     Syaikh Abu Malik dalam Fiqhus Sunnah lin Nisaa’ (hal. 49) menyatakan bahwa disunnahkan berwudhu setiap kali wudhu tersebut batal karena adanya hadats.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Disunnahkan menjaga wudhu atau diri dalam keadaan suci. Termasuk juga kala tidur dalam keadaan suci.” (Kitab Matan Al Idhoh, hal. 20).
Semoga dimudahkan dalam menjaga wudhu. Hanya Allah yang memberi taufik.